Minggu, 12 Januari 2014

Sepenggal Kisah yang Indah


Seketika itu kau datang padaku. Kau tersenyum lembut sambil memandangku dari kejauhan. Aku bisa melihat dirimu yang masih terpaku. Dan kau pun kembali membalikkan badan lalu pergi menjauh...
Sore itu aku tau namamu, aku berjabat tangan denganmu. Tak perlu waktu lama untuk sekedar bisa berbincang denganmu. Aku begitu mengagumimu namun bukan sebagai Tuhan. Tetapi sebagai seseorang yang telah mengisi hatiku. Tanpa kusadari rasa itu hadir begitu saja. Namun semua kuanggap percuma. Tak ada satu orangpun yang mengetahui isi hati seseorang. Begitupun juga denganku. Banyak orang berkata bahwa setiap orang yang menyukai kita akan melakukan semua hal dengan baik terhadap kita. Aku terlalu bodoh untuk mengerti apa makna dibalik kata-kata itu. Namun yang aku tahu, setiap orang memang wajib berbuat baik bagi semua makhluk hidup. Bukan karena alasan suka, sayang, bahkan cinta. Itulah yang aku pikirkan. Dia memang begitu baik, tapi aku sama sekali tidak tahu apa arti kebaikannya terhadapku. Setiap kali aku melihatnya, aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Setiap kali aku berada dekat dengannya, seketika rasa nyaman melandan seperti berada di dalam rumah tempat singgah yang begitu megah. Namun, ketika dia jauh dari penglihatan dan pendengaranku, seketika itu pula rindu menyerbuku. Hal kecil yang takkan pernah ku lupa, bagaikan kehadiran malaikat memikat jiwa. Aku mudah percaya, dan aku tidak tau itu kelemahan atau kelebihanku. Aku mudah tertipu, seperti engkau merasuk dalam benakku lalu menghasutku untuk mencintaimu. Aku sendiri tidak mengerti mengapa dia bisa begitu memikatku. Tuhan menciptakan makhlukNya saling berpasangan. Jika ini rencana Tuhan, aku hanya ingin berpasangan hanya dengan dia. Namun, jika Tuhan berkehendak lain, aku akan merelakan dia untuk seseorang yang jauh lebih baik dari pada diriku. Yang mampu menjaganya, di setiap suka maupu duka. Yang selalu setia kepadanya, di saat susah maupun senang. Membiarkan dirinya bahagia bersama orang yang dia cintai.
Kata demi kata kurangkai, tak sedikitpun ku berpaling darimu. Kau memberi kisah yang indah dalam hidupku. Dan aku hanya seperti budak yang beruntung. Memaki diriku sendiri untuk bisa membalas semua kebaikanmu. Hanya seperti pujangga yang bisa merangkai kata yang indah tanpa makna yang berarti. Malaikat berbisik seakan mengutukku untuk tetap mencintaimu. Dan aku sadar bahwa cinta yang suci akan selalu didasari dengan hati yang tulus. Tak perlu memaksa diri, yang ada hanya mengalir bagai air menuju hilir......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar